Visi – Misi

Latar belakang

Keberadaan natah (karang-pekarangan) di Jl. Patih Jelantik No.7 Sanglah Denpasar Bali berkat usaha dan kerja keras leluhur, orang tua kami, bapak – ibu (Gede Ipik – Nyoman Sulastri). Peninggalan (legacy) leluhur tersebut merupakan kenangan dan kebanggaan yang tak ternilai bagi kami ber-enam : Putu Darma Kusuma, I Made Sudjana, Nyoman Suastini, Ketut Wardhani, Luh Gede Astuti, Made Darma Sudina. Leluhur tidak membedakan atas perlakuan dan pengakuan terhadap anak laki (purusa) maupun perempuan (pradana) adalah sama dalam tugas, kewajiban serta tanggung jawabnya terhadap keluarga untuk menjaga, memelihara, merawat serta mempertahankan keberadaan peninggalan tersebut tetap utuh. Peninggalan satu-satunya adalah Sanggah atau Merajan dan Angkul-angkul  serta natah/halaman/tanah beserta bangunannya yang harus dirawat dan dijaga sepanjang jaman oleh seluruh keturunann leluhur. Ini pelajaran bersama agar kita tidak mengambil jalan pintas dan cara mudah untuk menjual aset hasil jerih payah, kerja keras dan perjuangan oleh diri sendiri, orang tua maupun leluhur. Peninggalan khususnya natah serta bangunan sebatas hak tinggal (hak menempati)  dengan pembagian lebih pada prinsip “SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB DI MANA”. Hal ini agar dapat diwariskan secara turun-temurun, baik dari keturunan laki (purusa) maupun perempuan (pradana) leluhur, perlakuannya tetap sama, tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lain.

Kesan dan pesan para leluhur

Visi

Keluarga sehat jasmani dan rohani, sejahtera, bahagia, keluarga kecil hidup rukun dengan keluarga besar, dan rumah sanglah rapi, bersih, sehingga mencerminkan anak-anak yang dapat menghargai usaha leluhur Pak Emek yang bersusah payah untuk membangun rumah Patih Jelantik No. 7, Sanglah DenpasarBali ini.

Misi

Nyoman Suastini: Hasil ngobrol-ngobrol setelah tahu kena kanker, Bli lalu kasih PR ke Man 5 :
1. Sesegera mungkin menyelesaikan pembangunan di Carik dan membuka usaha, sebagai tempat usaha keluarga dalam jangka panjang, dengan menyerahkan pengelolaan kepada Putu sebagai project manager dan Andin mendirikan dari sisi legal, meskipun harta milik keluarga tetap harus dikelola secara profesional, kontribusi dinilai dalam bentuk kepemilikan saham. Target akhir tetap untuk kel. Kebesaran kami dan untuk mendukung pelaksanaan Panca Yadnya yang kami yakini, Tuhan Yadnya, Resi Yadnya, Putra Yadnya, Manusia Yadnya dan Butha Yadnya.

2. Bli minta dukung Luh de untuk menyelesaikan program doktornya secepatnya karena terlalu lama kalau tidak bisa, jadi ya sudahlah, Bli melihat Luh de di bawah tekanan akan berakibat fatal bagi kesehatannya.

3. Setelah Luh de selesai, segera bersihkan ruangan yoga, agar bisa berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak, baik mau yoga atau apapun, yang penting mencerminkan tempat yang layak untuk ditinggali.

4. Nata natah PJ 7, Edo sudah memberikan label yang sangat luar biasa, kita harus bicara bersama, tentang SIAPA yang bertanggung jawab DI MANA, karena sudah lama kita melihat kekacauan di mana-mana, tentang penempatan pakaian bersih, kotor, peralatan dapur , penggunaan ruangan, kompor, dan lain-lain, sungguh tidak mencerminkan sebuah rumah yang penghuninya adalah orang-orang bergelar sarjana. Ini perlu didiskusikan bersama, agar tempat itu bertanggung jawab atas penataan dan kebersihannya.

5. Rumah PJ7 memiliki potensi besar sebagai tempat usaha dan juga sejalan dengan pesan dari emek untuk mengadu agar rumah tidak hanya digunakan sebagai tempat tidur saja. Prinsipnya kalau dikelola harus tetap profesional, transparan, memenuhi kebutuhan keluarga dan berkontribusi di tengah atau yadnya dengan penataan yang seimbang. Sudah saatnya diserahkan kepada generasi cucu, anak-anak Pak Emek sebagai penasehat. Ada yang digarisbawahi, apapun yang akan diputuskan dalam PJ 7, harus dibicarakan dan dihasilkan keputusan bersama.

Nyoman Suastini : Bli bisa bilang ini Bli de mas, kita sama-sama harus kuat, kalau salah satu dari kita sakit, yang lain juga ikut merasakan sakitnya, hanya kita berdua yang harus kuat man.

Silsilah Keluarga